Startup : Dari Mana Datangnya Ide Besar

Startup : Dari Mana Datangnya Ide Besar

Sejak sekolah dahulu kita sering diajari hal yang seolah mudah padahal  kenyataannya tidak demikian, hal ini adalah tentang lahirnya sebuah ide. Newton tidak kejatuhan apel terus ujug-ujug punya ide tentang teori grafitasi, Archimedes tidak sedang mandi di bak mandi ketika menggagas hukum Archimedes, dan Thomas Edison-pun tidak menemukan bolam lampu. Semuanya hasil kerja keras berpuluh tahun, sebelum kita akhirnya mengenal karya-karya mereka.


Isaac Newton perlu mempelajari dan bereskperimen selama 20 tahun sebelum lahirnya teori grafitasi. Ungkapan ‘Eurieka !’-nya Archimedes di bak mandi adalah cerita khayal belaka, dia juga bekerja bertahun-tahun untuk merumuskan apa yang kemudian kita kenal dengan hukum Archimedes.

Adapun Thomas Edison, dia akhirnya hanya menghasilkan filament lampu yang bekerja setelah 10,000-percobaan sebelumnya gagal. Sehingga muncullah pernyataannya yang terkenal: “Saya tidak gagal, saya hanya menemukan 10,000 cara yang tidak bekerja…”.

Lantas darimana sesungguhnya datangnya sebuah ide besar ? Ada setidaknya tiga pendekatan yang bisa kita tempuh, yaitu dengan pendekatan sains, pendekatan kearifan lokal dan pendekatan petunjuk.


Secara sains, ide-ide besar lahirnya berasal dari ilmu. Ide adalah rangkaian dari titik-titik ilmu yang ada di otak kita. Ide seperti sebutir benih, dia perlu ditanam dan terus disirami agar dia bisa bener-bener tumbuh dan berkembang. Benih dari ide tersebut adalah ilmu, semakin banyak seseorang menguasai ilmu , semakin banyak ide yang bisa terlahir darinya.

Secara ke-arifan lokal (Jawa), ide-ide besar bisa terlahir dari proses 3 N yaitu Namatke (memperhatikan), Nirokke (Menirukan) dan Nambahi (Menambahkan atau Melengkapi). Meskipun kelihatannya tidak bermutu, tetapi sesungguhnya mayoritas ide besar yang ada di sekitar kita juga hasil proses 3 N ini.

Google bukanlah search engine yang pertama, lebih dahulu telah lahir Yahoo, Altavista, Excite dlsb.  Ide dasar Google juga meniru proses bibliometrics and citation analysis yang dipakai di dunia pustaka.

Linkedin bukan social network pertama, lebih dahulu ada SixDegrees, Friendster  dlsb. Dia juga bukan professional network yang pertama, lebih dahulu telah ada Ryze dan Xing.

Intinya tidak perlu malu bila kita baru bisa Namatke dan Nirokke, tetapi jangan berhenti disini  - kita harus bisa Nambahi. Dalam hal ide-ide besar, kita juga tidak harus yang pertama – tetapi kita harus menjadi yang terbaik.

Pendekatan yang spektakuler yang jarang dibahas dalam konteks usaha adalah pendekatan berbasis petunjuk. Para Nabi mendapatkan ide-ide untuk pekerjaan besarnya tidak harus belajar lebih dahulu, tidak perlu juga menirukan siapapun – para Nabi mendapatkan wahyu untuk ide dan pekerjaan besarnya langsung dari Allah Sang Maha Pencipta.

Nabi Ibrahim tidak harus belajar menjadi tukang bangunan untuk membuat bangunan Ka’bah - Rumah Allah yang abadi sepanjang jaman. Nabi Nuh tidak harus belajar atau menirukan cara orang lain membuat perahu – untuk bisa membuat perahu yang sangat tangguh yang menyelamatkan kehidupan di bumi dari banjir terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak perlu belajar strategi perang untuk menjadi panglima perang terbesar, tidak perlu belajar ekonomi untuk bisa membuat pasar dan menaklukkan kekuatan ekonomi Yahudi di Madinah. Tidak perlu belajar hukum tata-negara untuk membangun negeri yang sangat besar dan berkarakter berbeda dengan negeri-negeri yang pernah ada sebelumnya. Semuanya datang dari Wahyu.

Pada tingkatan di bawah Nabi adalah orang-orang shaleh yang mendapatkan ilham atau petunjuk dariNya, untuk bisa menghasilkan karya yang belum pernah ada sebelumnya.

Thoriq Bin Ziyad punya ide membakar seluruh kapal untuk memotivasi pasukannya dalam penaklukkan Spanyol, point of no return bagi pasukannya dicapai karena memang tidak ada opsi untuk lari balik ke negerinya.

Demikian pula dengan Muhammad Al-Fatih, dari mana dia bisa punya ide bahwa kapal tidak harus berlayar di air ? Kapal harus bisa mendaki bukit tanpa harus ada percobaan lebih dahulu, langsung dilakukan dengan massif dan dengan waktu yang harus terjadi hanya dalam satu malam. Bila harus dilakukan dengan gladi resik dan melewati satu malam, musuh akan mengetahuinya !

Lantas dengan adanya tiga pendekatan tersebut, yang mana yang kita pilih ? Kita tidak harus memilih yang ini atau yang itu. Kita bisa gunakan ketiganya sekaligus, yaitu pendekatan sains, kearifan dan petunjukNya.

Kita bukan Nabi dan keshalehan kita juga mungkin sangat tidak memadai, maka sebelum melahirkan gagasan besar – kita harus banyak-banyak belajar ilmu yang terkait dengan gagasan kita itu. Kita juga tidak perlu malu-malu untuk mengamati apa saja yang sudah dilahirkan orang yang ada di sekitar kita, kalau kita bisa Nirokke dan Nambahi – itupun sudah bisa melahirkan ide-ide sekelas Google dan LinkedIn !

Meskipun kita tahu diri keshalehan kita juga terbatas, kita juga tidak boleh mengabaikan petunjukNya. Banyak-banyak memohon pertolongan kepadaNya, Maka Dia insyaAllah akan menolong kita. Dan kalau Dia sudah menolong kita, maka tidak akan ada yang bisa mengalahkan kita.

Pertolongan Dia juga datang dengan bonus, kalau kita dalam kesulitan – kita berdo’a kepadanya – maka Dia akan mengangkat kesulitan itu dengan bonus berupa dihapuskannya keburukan kita dan dijadikannya kita Kalifah – orang yang memimpin – di bidang kita (QS 27 : 62).

Bila kita datang kepada petunjukNya – yaitu Al-Qur’an untuk mencari jawaban atas segala persoalan kita, maka Dia datang dengan jawabannya dan diberi bonus berupa petunjukNya, rahmatNya dan kabar baik dariNya (QS 16:89). Jadi jangan pernah tinggalkan pendekatan yang ketiga ini dalam setiap ide besar yang ingin kita lahirkan.

Pertanyaannya adalah how big is big ? seberapa besar sih sebuah ide itu sesungguhnya ? Ada dua pendekatan untuk mengukurnya yaitu peluang yang ingin digarapnya atau masalah yang ingin diatasinya.

Jualan kacang goreng-pun bisa berarti ide besar bila Anda ingin bisa menjualnya ke ratusan juta penggemar sepakbola di seluruh dunia. Sebaliknya, ide untuk membuat mesin yang sangat canggih sekalipun – tidak akan pernah menjadi ide besar bila Anda tidak tahu siapa yang akan membutuhkan mesin canggih tersebut – dan bener-bener bersedia membeli/menggunakannya.

Seperti juga benih yang harus ditanam di tanah yang baik, kemudian terus menerus disirami dan dirawat sampai bener-bener tumbuh dan berkembang semaksimal mungkin – maka demikianlah ide. Dimana menanamnya dan siapa yang akan menyiraminya ?

Itulah di dunia startup dikenal perlunya incubator, agar dia tumbuh di lingkungan yang memang kondusif untuk pertumbuhan sesuai usia/perkembangannya – dan terus ada yang menyirami-nya berupa training, mentoring dan coaching dari yang telah lebih dahulu berpengalaman melahirkan startup.

Bahkan proses pemupukan agar tanaman tumbuh cepat-pun kini diadopsi di dunia startup, startup kami iGrow yang saat ini sedang kami titipkan di lingkungan Silicon Valley adalah untuk program pemupukan ini – yang disebut program akselerasi.

Kami ingin iGrow tidak hanya jago kandang, kami ingin dia bisa merespon permintaan petani zaitun di Italy ,Spanyol  dlsb. untuk mengitegrasikan tiga resources yang mereka butuhkan – yaitu pasar, skills dan modal – maka kami harus belajar bagaimana mengelola operasi global dari sebuah startup.


Dengan team yang memiliki eksposure global, yang didukung dengan tiga pendekatan sains, kearifan dan petunjuk tersebut-lah insyaAllah Startup Center Indonesia – bisa mendampingi para startupers untuk menanam benih-benih idenya sekaligus membantu menyirami dan memeliharanya. InsyaAllah.

Komentar