Manusia, Makanan dan Alam
- Kategori : Entrepreneurship
- Published on Sunday, 07 February 2016 12:58
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Tanpa disadari begitu banyak masalah di dunia ini yang disebabkan oleh karena makanan yang salah baik
dari jenis maupun cara pengelolaannya. Dari masalah tingginya biaya
kesehatan, diabetis, penyakit-penyakit cardiovascular, children obesity
sampai krisis air, dan bahkan krisis politik. Krisis melonjaknya biaya
bahan pangan tahun 2008 bahkan mentrigger sejumlah perubahan politik
besar di dunia mulai dari Haiti, Bangladesh sampai Mesir. Di sejumlah
negara tersebut gandum sempat mengalami kenaikan harga sampai 130 %,
kedelai 87 %, beras 74 % dan jagung 31 %.
Lonjakan-lonjakan
harga bahan pangan seperti ini tidak hanya sekali pada tahun 2008
tersebut, bisa terulang kapan saja bila salah satu triggernya muncul.
Baik trigger yang sifatnya alam seperti kekeringan, angin topan dan
gejala perubahan iklim maupun yang sifatnya man-made seprti kebijakan
politik ekonomi yang salah, perang dan lain sebagainya.
Yang
menjadi trigger dari krisis pangan bisa beraneka hal, tetapi itu semua
sebenarnya hanya menguatkan symptoms atau gejala dari suatu penyakit.
Penyakit yang sesungguhnya adalah karena kesalahan makanan baik jenis
maupun cara pengelolaannya – seperti yang saya sampaikan di awal tulisan
ini.
Dari
sisi jenis dapat dilihat di komoditi yang melonjak harganya di tahun
2008 tersebut yaitu gandum, kedelai, beras dan jagung. Apa salahnya ?
manusia di seluruh bumi tergantung begitu banyak pada jenis makanan
biji-bijian ini. Bila saja pada tahun tersebut manusia sudah sangat
terbiasa dengan makanan utama dari jenis buah dan sayur, krisis dan huru
hara politik seperti 2008 bisa saja dihindari.
Berbeda
dengan jenis biji-bijian yang pada umumnya dikelola dengan skala
ekonomi tertentu – semakin besar semakin efesien katanya, buah dan sayur
bisa ditanam dalam skala berapa saja bahkan disekitar rumah kita –
kecil kemungkinannya untuk sampai terjadi krisis.
Pengelolaan
bahan pangan secara konglomerasi di dunia-lah yang menimbulkan berbagai
(potensi) krisis semacam ini karena kendali supply bahan pangan
tergantung hanya pada segelintir pihak yang penuh kepentingan.
Konsentrasi pengendalian bahan pangan dunia itu kini begitu
mencengangkan.
Dalam
bukunya The Urban Food Revolution (New Society Publisher, 2011) Peter
Ladner mengungkapkan datanya bahwa hanya ada 5 perusahaan yang
mengendalikan 90% perdagangan biji-bijian di dunia. Di Amerika seluruh
kendali supply daging dikendalikan oleh hanya 4 perusahaan. Satu
perusahaan saja di Amerika ada yang mengendalikan 85 % luasan tanaman
jagung negeri itu, dan sederet fakta lainnya.
Di
Indonesia Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) saat ini sedang
menangani dugaan kartel yang dilakukan oleh 12 perusahaan peternakan
ayam terkait dengan penguasaan perdagangan daging ayam mereka. Indikasi
yang sama pernah disinyalir KPPU terhadap perdagangan terigu beberapa
tahun lalu, tetapi entah sampai mana ujung pneyelidikannya saat ini.
Ini
semua mengisyaratkan adanya sesuatu yang salah dalam makanan kita dan
cara pengelolaannya – yang harus diperbaiki. Di Amerika Serikat bahkan
gerakan memperbaiki makanan ini antara lain digerakkan oleh ibu
negaranya dengan program yang disebut Let’s Move Salad Bar To School.
Selain berupaya merubah pola makan anak sejak usia muda, gerakan ini
juga untuk menekan meledaknya gejala children obesity – kegemukan pada
anak – gara-gara salah pola makan.
Lantas
bagaimana kita bisa ikut memperbaiki pola makan, dan cara pengelolaan
sumber-sumber pangan sekaligus mencegah krisis multi dimensi yang
disebabkan oleh makanan ini ? Beruntunglah umat ini karena petunjuk
lengkap tentang seluk beluk makanan mulai dari jenis sampai cara
pengelolaannya ada di kitab Al-Qur’an yang menjadi pegangan kita dan
juga contoh-contoh langsung dari uswatun hasanah kita.
Komposisi
makanan kita yang ideal misalnya , disebutkan dalam suatu rangkain yang
lengkap mulai dari biji-bijian, anggur dan sayuran bergizi tinggi,
zaitun dan kurma, tanaman-tanaman yang ditanam di kebun yang lebat,
buah-buahan dan rerumputan - buahnya untuk manusia, rumputnya untuk
ternak – yang ujungnya juga untuk kita. (QS 80:27-32)
Perhatikan
polanya bahwa biji-bijian memang salah satu makanan utama kita – tetapi
kita tidak bergantung pada biji-bijian – sangat banyak bahan makanan
lain terutama buah dan sayuran yang bisa tumbuh di sekitar kita.
Demikian pula daging, memang diisyaratkan itu juga bagian dari makana
kita, tetapi lagi-lagi kalau tidak bisa menjangkau makanan dari daging
juga tidak mengapa karena protein dan lemak yang biasanya diisi oleh
daging dengan mudah bisa digantikan oleh bahan pangan lainnya.
Bukan
hanya jenis-nya, kita juga diajari untuk menghindari konglomerasi
pengelolaan sumber daya alam seperti untuk produksi pangan ini. Cara
Allah mengajari kita tentang masalah ini adalah melalui cerita bangsa
Tsamud yang dengan segelintir orangnya – sembilan orang berbuat kerusakan di muka bumi.
“Dan adalah di kota itu, sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.” (QS 27:48)
Lebih
jauh dari itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi petunjuk
detilnya – yaitu umat ini harusnya bersyirkah dalam tiga hal yaitu lahan
( untuk produksi pangan) , air dan api (energi).
Bila
saja kita mengikuti petunjuk-petunjuk tersebut, maka insyaAllah kita
akan bisa menjaga kesinambungan supply bahan pangan bukan hanya untuk
kita yang hidup saat ini tetapi juga untuk generasi-generasi keturunan
kita ke depan. Bukan hanya cukup makan, kita juga akan bisa menjaga tiga
keseimbangan di alam.
Tiga
keseimbangan itu adalah manusia, makanan dan alam. Bila manusia
makan-makanan yang baik, alam akan terjaga. Bila alam terjaga,
keberadaan manusia juga akan terjaga. Sebaliknya bila manusia salah
makan, maka alam-pun dirusaknya – dan dengan kerusakan alam ini
keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi ikut terganggu.
Maka
tidak heran para Rasul-pun diperintahkan untuk makan yang baik dahulu
sebelum diperintahkan untuk beramal shaleh, mengajak manusia ke jalan
yang benar.
“Hai
para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal
yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 23:51).
Nah
kalau Michelle Obama saja bisa menyadari perlunya membetulkan pola
makan sejak dini pada anak-anak, mengapa kita yang diberi petunjuk
olehNya tidak berbuat sesuatu untuk perbaikan yang sangat dibutuhkan ini
?
Maka perbaikan pola makan dan pengelolaan supply bahan pangan inilah yang hendak kita capai antara lain melalui program-program 101 Salad, dan Integrated Organic Farming – yang semuanya bisa pembaca ikuti langkah-langkah konkritnya, termasuk bergabung dalam Workshop 2 Hari untuk mengawali gerakan ini yang akan kita lakukan bersama di bulan depan. InsyaAllah.
Komentar