Kemakmuran Dari Kehidupan Di Bawah Tanah
- KATEGORI : ENTREPRENEURSHIP
- Published on Wednesday, 10 February 2016 08:19
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Seperti puzzle besar, keping-keping penyusun kemakmuran itu menyebar di pemukaan bumi. Petunjuk untuk menyusun keping-keping tersebut tersedia lengkap bagi yang mau menggunakannya. Bagi yang tidak menggunakannya-pun tetap bisa menyusun keping-keping itu, tetapi manakala gambar besar dikiranya akan terbentuk – ternyata justru tidak menemukan keping yang dibutuhkan – sehingga harus merusak semua yang telah disusunnya. Seperti wanita yang memintal benang kemudian menguraikannya kembali (QS 16:92).
Perumpamaan tersebut sungguh terjadi di perbagai urusan kehidupan ini, namun yang ingin saya contohkan dengan sangat jelas adalah apa yang terjadi di dunia pertanian.
Ketika manusia menemukan pupuk, maka dikiranya pupuk inilah penyelamat produksi bahan pangan di dunia. Tidak sampai satu abad kemudian, dunia tersadar dampak dari pupuk-pupuk kimia yang ditebarkan di lahan pertanian. Bukannya memperbaiki lahan, malah merusak lahan dalam jangka panjang.
Lalu manusia yang merasa dirinya lebih cerdas dari Sang Khalik-pun merekayasa ciptaanNya dengan apa yang disebut Genetic Engineering. Alih-alih berhasil membuat produk bahan pangan yang lebih baik dan lebih banyak, eh malah menimbulkan ancaman kesehatan yang sangat serius dari produk yang mereka hasilkan dengan nama keren Genetically Modified Organism (GMO).
Maka untuk menyusun puzzle besar kemakmuran dan kecukupan pangan itu tidak bisa tidak harus menggunakan petunjukNya. Dalam sekitar 6000-an ayat saja Allah memberikan jawaban untuk semua persoalan (QS 16:89) itu :
“…Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk sertarahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (QS 16:89).
Salah satu hikmahNya petunjuk itu hanya dalam satu kitab yang ayatnya hanya 6,000-an adalah menjadi mudah diingat, mudah dicari, mudah diindex – dan semua ayat, kata maupun huruf tersusun sangat rapi, diberi penjelasan terperinci dari Dia yang Maha Bijaksana dan Maha Teliti, perhatikan kalimatNya berikut :
“Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Teliti” (QS 11:1).
Nah sekarang bagaimana kalau kita coba mencari dari 6,000-an ayat tersebut, mana yang bisa kita susun untuk menjawab persoalan kemakmuran di muka bumi itu ? Ini bukan pencarian jarum di tumpukan jerami, ini mencari sejumlah ayat dari file yang ukurannya tidak lebih dari 1 Megabyte – insyaAllah dimudahkanNya.
Pertama Allah janjikan keberkahan itu datang dari langit dan dari bumi bila penduduk bumi beriman dan bertakwa (QS 7:96). Salah satu Iman itu ya mengimani kebenaran Al-Qur’an itu sendiri, jadi ketika mencari di Al-Qur’an – yakinlah janji Allah bahwa Dia akan beri jawaban untuk semua persoalan itu. Lebih dari itu kita juga harus bertakwa yang salah satu definisinya adalah menggunakan Al-Qur’an sebagai Huda (petunjuk) dan mauidhah atau nasihat (QS 3:138).
Lalu Allah janjikan, bila kita mengikuti petunjuk itu – kita akan diberi rezeki atau makanan dari langit dan dari bawah kaki kita.
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka…” (QS 5:66)
Apa yang ada dibawah kaki kita ? Tanah !, apa yang ada di dalam tanah ? berikut petunjukNya lagi :
“Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.” (QS 20:6)
Banyak bahasan sudah tentang apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, tetapi ayat ini spesifik menyebut “…semua yang dibawah tanah…”, apa itu ? Inilah salah satu mu’jizat Al-Qur’an yang dibahas oleh Dr. Zagloul An-Najjar.
Kerika Al-Qur’an itu diturunkan, manusia belum mengenal bakteri dan sejenisnya – tetapi Allah sudah menyebut sesuatu di bawah tanah. Kini manusia mengenal bakteri dan bahkan bisa mendekati perhitungannya. Data yang saya peroleh dari para ilmuwan di Colorado State University, secangkir tanah yang hidup – tidak dirusak manusia, ternyata mengandung lebih banyak populasi kehidupan dibandingkan yang hidup di seluruh permukaan bumi !
Dalam secangkir tanah tersebut mengandung setidaknya 200 milyar bakteri, 20 juta protozoa,100,000 meter jamur (kalau disambung), 100,000 nematoda dan 50,000 Anthropoda. Kehidupan mikro yang ada di bawah tanah inilah yang menjadi sarana untuk kesuburan di muka bumi itu.
Allah kadang menyebut ada bumi yang mati (QS 36:33), maka kehidupan mikro tersebut yang tidak ada. Sehingga tanaman juga tidak tumbuh, tetapi Allah juga memberi solusi – untuk yang mati inipun dihidupkannya dengan biji-bijian yang dimakan.
Biji-bijian ini adalah jenis kacang-kacangan atau Legume, yang perakarannya mengundang microorganism tertentu yang membantu fiksasi nitrogen langsung dari udara. Setelah itulah aneka ragam makhluk mikro lainnya berdatangan meramikan kehidupan tanah yang semula mati.
Jadi solusi kemakmuran atau dalam hal ini kecukupan pangan itu bukan pada pupuk kimia, bukan pada Genetic Engineering yang menghasilkan tanaman GMO, tetapi pada kehidupan yang ada di dalam tanah itu sendiri.
Lantas bagaimana kehidupan dalam tanah itu kita jaga ? pertama ya jangan diusik tanah yang alami, jadi kalau mau menanam jangan merusak (kehidupan ) tanah. Istilahnya minimum atau no-tilting – pengolahan minimum atau tanpa pengolahan.
Bagaimana dengan tanah yang terlanjur rusak ? ya kita hadirkan kembali dengan mengundang kehidupan mikro di tanah tersebut. Prosesnya disebut pengomposan dari materi organik, dengan menggunakan udara (aerobic) maupun tanpa udara (anaerobic).
Dari proses pengkomposan ini akan lahir empat jenis tanah, tiga bermanfaat dan yang satu bisa merusak. Yang bermanfaat terdiri dari Disease-Suppressive Soil – tanah yang akan melawan penyakit, Zymogenic Soil – yaitu tanah yang dipenuhi kehidupan mikro yang dapat mengurai molekul-molekul kompleks menjadi senyawa organic sederhana yang mudah diserap tanaman, dan Synthetic Soils yaitu tanah yang mengandung microorganism yang membatu fiksasi dan sysnthesa nitrogen dan CO2 menjadi molekul-molekul asam amino, protein dan karbohidrat.
Yang bisa merusak adalah jenis tanah Disease-Inducing Soils yaitu tanah yang mengandung mikroorganisme pathogen – pembawa penyakit. Yang merusak ini jumlahnya sedikit – berkisar dari 1/20 sampai 1/5 dari mikroorganisme yang ada.
Hanya Allah Yang Maha Tahu mengapa yang ini juga disediakan di dalam tanah, pemahaman saya yang inipun mestinya juga bermanfaat – minimal untuk sparring partner – latihan perang-perangan bagi seluruh mikroorganisme yang ada – sehingga ketika musuh perusak benar-benar datang – mikroorganisme yang sangat banyak tersebut terlatih untuk mengatasinya. Kita tahu seperti apa tentara kalau tidak pernah berlatih ? ketika perang benar-benar datang dia tidak akan siap.
Walhasil itulah kehidupan sempurna di dalam tanah di bawah kaki kita, asal kita tidak merusaknya maka bumi ini akan subur dan mendatangkan kemakmuran. Maka ada larangan agar manusia itu tidak merusak kesimbangan yang ada di alam ( QS 55 :8). Lebih dari itu kita juga diperintahkan untuk menegakkan kembali kesimbangan itu – bila terlanjur rusak (QS 55:9).
Karena sudah berpuluh tahun sejak negeri ini merdeka – cara bertani kita dengan merusak keseimbangan alam tersebut – yang gejalanya dapat dilihat dari produktifitas lahan kita yang terus menurun, di bumi yang seharusnya subur ini malah kita harus mengimpor begitu banyak bahan pangan – maka kini waktunya untuk membuat perbaikan yang kita mampu, ya melalui kegiatan menegakkan kembali keseimbangan tersebut.
Maka itulah visi besar yang kita ingin mulai bersama melalui Workshop 2 hari di bulan depan yang mengambil tema Integrated Organic Farming – kita akan mentadaburi ayat-ayat kehidupan di bawah tanah tersebut – sampai menjadi action plan, yang bahkan akan bisa melahirkan profesi baru, yang berarti juga jalan baru untuk membangun kemakmuran. InsyaAllah.
Komentar