Judul: Komparatif Scarcity
Problem dasar
ekonomi konvensional terjadi apabila terjadinya gap atau
ketidakseimbangan antara kebutuhan (keinginan) manusia yang tidak terbatas
dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Dari ketidakseimbangan itulah
terjadinya kelangkaan (scarcity). Sehingga ilmu ekonomi ada dikarenakan
kelangkaan itu ada jika kelangkaan itu tidak ada maka ilmu ekonomi pun tidak
perlu ada.
Dalam
perkembangannya problem kelangkaan di pecah menjadi tiga pokok permasalahan.
Pokok problem tersebut dalam ilmu ekonomi sesuai dan sejalan dengan apa yang
disebut sebagai The Three Fundamental and Interdependent Economic Problem atau
yang sering kita sebut dengan tiga masalah fundamental dalam ekonomi yang
saling berkaitan yaitu what, how, and for whom, atau dengan kata lain
problem konsumsi, produksi, dan distribusi. Jika ditarik kesimpulan maka
tiga masalah pokok tersebut adalah disebabkan kelangkaan (scarcity).
|
Kelangkaan bukan
hanya terjadi karena keterbatasan sumber daya alam dalam memenuhi kebutuhan
tetapi terdapat juga faktor-faktor lainnya seperti bencana alam, human
error, teknologi, tempat, terbatasnya produksi dan lainnya. Sehingga sangat
memungkinkan kelangkaan terjadi dalam kehidupan.
Keinginan manusia
yang tidak terbatas mengambarkan bahwa manusia adalah makhluk yang pintar, yang
selalu mengimajinasikan keinginannya kepada sesuatu yang kreatif dan inovatif.
Namun, keinginan yang tidak terbatas ini haruslah di batasi agar tidak
melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain. Misalnya, untuk dapat
membuat kertas yang banyak maka pihak perusahaan melakukan penebangan pohon
besar-besaran dan tidak memperdulikan dampak yang terjadi setelahnya.
Alat pemuas
kebutuhan terbatas bisa terjadi dikarenakan keterbatasan sumber daya pada suatu
tempat dan imajinasi manusia yang lebih dari pada yang ada. Keterbatasan
produksi atau terbatasnya sumber daya yang ada di suatu tempat menyebabkan
suatu tempat merasakan ketidaktersediaan alat pemuas kebutuhan. Alat pemuas
kebutuhan terbatas juga bisa disebabkan ketidakmampuan alat pemuas kebutuhan
membendung imajinasi manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Seperti, manusia
sekarang memiliki laptop yang hardware namun manusia tentu menginginkan
laptop yang berbentuk soft yang ringan di bawa dan bisa dilipat-lipat.
Problem dasar
dalam ekonomi konvensional bukan serta merta harus ditolak dan dibuang oleh
ekonom muslim karena kelangkaan juga sudah digambarkan oleh Allah Swt dalam
firman-Nya. Adapun beberapa pemikir
muslim yang menganggap bahwa scarcity tetap merupakan masalah utama
dalam perekonomian ialah Muhammad Umer Chapra, Muhammad Nejatullah Siddiqi,
Muhammad Abdul Mannan, dan lain-lain. Madzhab ini lebih dikenal dengan Madzhab
Mainstream. Mereka berasal dari pendidikan di dunia barat maka dari itu
pemikiran mereka hampir sama dengan ekonom konvensional tetapi landasan ekonom
muslim tidak hanya menggunakan akal tetapi juga dibatasi oleh syariah Islam.
Adapun dalil yang
digunakan ekonom muslim bermadzhab mainstream mengenai kelangkaan, diantaranya yaitu:
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur
&äóÓy´Î/ z`ÏiB Å$öqsø:$#
Æíqàfø9$#ur
<Èø)tRur z`ÏiB ÉAºuqøBF{$#
ħàÿRF{$#ur
ÏNºtyJ¨W9$#ur
3 ÌÏe±o0ur úïÎÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ
Artinya: Dan sungguh akan kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS.
al-Baqarah: 155)
Pada ayat di atas
bahwa Allah Swt akan memberikan cobaan kepada manusia salah satu cobaan yang
diberikan adalah kelaparan. Ini menandakan adanya kelangkaan yang terjadi pada
orang-orang tertentu, karena kelangkaan pangan di suatu daerah belum tentu di
daerah lain merasakan kekurangan pangan.
Sedangkan
keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai hal yang alamiyah,
sebagaimana firman Allah Swt:
ãNä39ygø9r& ãèO%s3G9$# ÇÊÈ
4Ó®Lym
ãLänöã tÎ/$s)yJø9$# ÇËÈ
xx. ôqy
tbqßJn=÷ès?
ÇÌÈ
§NèO xx. t$ôqy
tbqßJn=÷ès?
ÇÍÈ
xx. öqs9 tbqßJn=÷ès?
zNù=Ïæ
ÈûüÉ)uø9$#
ÇÎÈ
Artinya: 1.
Bermegah-megahan Telah melalaikan kamu,[1]
2. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
3. Janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui (akibat perbuatanmu itu), 4.
Dan janganlah begitu, kelak kamu akan Mengetahui. 5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin. (QS. at-Takaatsur: 1-5)
Manusia merupakan
makhluk yang menyukai akan keindahan. Karena kecintaan akan bermegah-megahan
itulah salah satu bukti bahwa manusia memiliki keinginan yang tidak terbatas
atau tidak pernah puas atas apa yang diraihnya. Sehingga membuat manusia lupa
akan harta yang telah dititipkan Allah Swt.
Kondisi
kelangkaan barang juga dapat dijadikan momen untuk menguji keimanan dan
kesabaran manusia. Allah Swt berfirman:
*
öqs9ur
xÝ|¡o0
ª!$# s-øÎh9$#
¾ÍnÏ$t7ÏèÏ9 (#öqtót7s9
Îû
ÇÚöF{$# `Å3»s9ur ãAÍit\ã 9ys)Î/ $¨B
âä!$t±o 4 ¼çm¯RÎ)
¾ÍnÏ$t7ÏèÎ/ 7Î7yz
×ÅÁt/
ÇËÐÈ
Artinya: Dan Jikalau Allah melapangkan rezeki
kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi,
tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya
dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. (QS.
asy-Syuura: 27)
Umat Islam yakin
bahwa Allah Swt menciptakan bumi beserta seluruh planet dan isinya sudah cukup
untuk memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia. Allah menjamin rezeki seluruh
makhluk hidup bukan hanya rezeki manusia semata. Jika dikaitkan dengan
kelangkaan maka kelangkaan tersebut bukanlah berifat absolut tetapi hanya
bersifat relatif.
Mayoritas ekonom
tentu akan setuju bahwa meskipun ada kelangkaan relatif, adalah sangat mungkin
untuk mewujudkan sasaran materiil dan meminimalkan ketidakstabilan dan
ketidakseimbangan dengan catatan bahwa sumber-sumber daya yang tersedia ini
dipergunakan secara efesien dan merata[2].
Jika digambarkan permasalahan kelangkaan dalam ekonomi
Islam adalah sebagai berikut[3]:
Akar
Permasalahan Ekonomi
|
Konflik
antar berbagai tujuan hidup
|
Ketidakmerataan
distribusi sumber daya
|
Keterbatasan
manusia
|
Cakupan Ekonomi Islam:
1.
Konsumsi: komoditas
apa yang diperlukan untuk mewujudkan maslahah?
2.
Produksi: Bagaimana
komoditas dihasilkan agar maslahah dapat terwujud?
3.
Distribusi: Bagaimana
sumber daya dan komoditas didistribusikan sehingga mencapai maslahah?
|
Permasalahan Ekonomi:
Kelangkaan Relatif
|
GAMBAR IV.1: Permasalahan
Dasar Ekonomi
|
Dari gambar di atas terlihat, bahwasanya kelangkaanlah yang
menyebabkan konflik, distribusi yang tidak merata, dan keterbatasan manusia
untuk memenuhi kebutuhan. Meskipun permasalahan ekonomi dalam Islam dan
konvensional boleh dikatakan sama tetapi terdapat perbedaan antara Islam dan
Konvensional, salah satunya cakupan ekonomi Islam yang bertujuan untuk
mendapatkan maslahah agar mencapai falah. Kelangkaan yang
bersifat relatif maksudnya bahwa kurangnya sumber daya (resource) dalam
memenuhi kebutuhan hanya terjadi pada tempat-tempat tertentu. Karena secara
umum Allah Swt menciptakan sesuatu secara berkecukupan dan seimbang.
Manusia memiliki
sifat suka bermewah-mewahan, serakah, boros, dan lainnya, karena sifat-sifat
ini lah yang menyebabkan manusia tidak pernah merasa puas atas apa yang di
raihnya dan selalu menginginkan lebih dari apa yang sudah di dapat pada masa
ini. Sehingga menjadikan problem dalam berkehidupan.
Ekonom
konvensional tidak membedakan antara kebutuhan (need) dan keinginan (want).
Sehingga inilah yang menyebabkan mainsets mereka bahwa ilmu ekonomi
tidak akan pernah ada jika semua kebutuhan manusia tersedia. Sedangkan dalam
Islam antara kebutuhan dan keinginan terdapat perbedaan.
Manusia memiliki
keinginan untuk terus berkembang, dan menginginkan sesuatu bahkan di luar
kemampuannya untuk memiliki. Oleh sebab itu, keinginan manusia itu tidak
terbatas tetapi dalam Islam yang terpenting adalah kebutuhan (need). Kebutuhan
terbagi atas tiga yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Dalam ekonomi
konvensional juga mengakui klasifikasi kebutuhan tersebut hanya saja dalam
Islam lebih menekankan agar umat manusia memenuhi kebutuhan primer.
Dalam Islam tidak
ada dalil yang melarang tentang kelangkaan, jadi kelangkaan bukanlah sesuatu
yang dilarang dalam agama Islam selama kelangkaan itu tidak menimbulkan efek
negatif kepada masyarakat. Maka kelangkaan akan menjadi tidak diperbolehkan
apabila ada yang dizalimi.
Dalam
menyelesaikan permasalahan ekonomi, ekonomi konvensional menggunakan mekanisme
pasar. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari mekanisme pasar, seperti:
TABEL IV.1
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN DARI MEKANISME PASAR[4]
Kelebihan
|
Kelemahan
|
Adanya persaingan yang dapat menumbuhkan inisiatif
dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonomi.
|
Sulitnya
melakukan pemerataan pendapatan.
|
Setiap individu diberi kebebasan memiliki
kekayaan dan sumber daya produksi. Produksi barang dan jasa didasarkan pada
kebutuhan masyarakat.
|
Muncul
kesenjangan yang besar antara yang kaya dan miskin.
|
Munculnya persaingan untuk maju.
|
Cenderung
terjadi eksploitasi kaum buruh oleh para pemilik modal.
|
Barang yang dihasilkan bermutu tinggi, karena barang
yang tidak bermutu tidak akan laku dipasar.
|
Kebebasan mudah
disalahgunakan oleh yang kuat untuk memeras pihak yang lemah.
|
Efisiensi dan efektivitas tinggi karena setiap
tindakan ekonomi didasarkan atas motif mencari laba.
|
Munculnya
monopoli yang dapat merugikan masyarakat.
|
Individu bebas memilih lapangan pekerjaan
dan bidang usaha sendiri.
|
Perhatikan
bagaimana sistem ekonomi pasar memecahkan persoalannya Sering terjadi gejolak
dalam perekonomian karena kesalahan alokasi sumber daya oleh individu.
|
Dari tabel di
atas, jelas bahwa mekanisme pasar saja tidak bisa menjadi solusi dalam
perekonomian, karena mekanisme pasar membuat permasalahan dalam ekonomi, salah
satunya adalah kesenjangan sosial. Orang yang mempunyai modal (capital) cenderung
akan menguasai orang yang miskin (kekurangan modal), karena orang yang miskin
membutuhkan pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan. Sedangkan dalam prinsip konvensional
bahwasanya dalam memproduksi haruslah menyeimbangkan antara isoquant dan
isocost. Sehingga yang terjadi gaji buruh tidak akan pernah sampai kepada
kesejahteraan, disebabkan perusahaan menghemat pengeluaran dan memaksimumkan
pendapatan.
Tidak semua
ekonom konvensional sepakat bahwa solusi dari problem dasar ekonomi adalah
mekanisme pasar. Disebabkan mekanisme pasar membuat ketimpangan-ketimpangan.
Yang mengkritisi mekanisme pasar salah satunya adalah John Maynard Keynes. Jika
dalam ekonomi Adam Smith mengusahakan tidak ada campur tangan pemerintah dan
hanya mekanisme pasar saja tapi dalam kritikan John Maynard Keynes berpendapat
perlu adanya campur tangan pemerintah untuk beberapa hal tertentu seperti
pengangguran, inflasi, dan lain sebagainya.
Solusi yang
diberikan oleh ekonomi konvensional tentu berbeda dengan ekonomi Islam.
Meskipun madzhab mainstream berpendapat bahwa problem dasar dalam ekonomi sama
dengan konvensional tetapi terdapat perbedaan antara kelangkaan dalam Islam dan
konvensional yaitu terletak pada cara menyelesaikan masalah tersebut. Dilema
sumber daya yang terbatas versus keinginan yang tak terbatas memaksa manusia
untuk melakukan pilihan-pilihan atas keinginannya. Kemudian manusia membuat
skala prioritas pemenuhan keinginan, dari yang paling penting sampai yang
paling tidak penting. Dalam ekonomi konvensional, pilihan dan penentuan skala
prioritas dilakukan berdasarkan selera pribadi masing-masing. Manusia boleh
mempertimbangkan tuntunan agama, boleh juga mengabaikannya. Dalam bahasa
al-Qur’annya, pilihan dilakukan dengan “mempertuhankan hawa nafsunya”. Tetapi
dalam ekonomi Islami, keputusan pilihan tidak dapat dilakukan semaunya saja.
Perilaku manusia dalam setiap aspek kehidupannya termasuk ekonomi selalu
dipandu oleh Allah lewat al-Qur’an dan Sunnah[5].
Dalam ekonomi
Islam manusia memang memiliki keinginan yang tidak terbatas namun dibatasi agar
sesuai dengan koridor yang telah ditentukan, maka dari itu jelaslah letak
perbedaan antara ekonomi konvensional dengan ekonomi Islam madzhab minstream
bahwa dalam ekonomi Islam yang menjadi solusi adalah aturan syariah dalam
melakukan kegiatan ekonomi namun dalam ekonomi konvensional adalah mekanisme
pasar. Maka jika dipadukan bahwa mekanisme pasar tidak dilarang dalam Islam
tetapi haruslah ada aturan syariah agar orang-orang yang melakukan kegiatan
ekonomi tidak hanya berorientasi kepada keuntungan dunia saja tetapi dalam
kegiatannya ada kemaslahatan yang menuju kepada kebahagian di dunia dan tidak
menyampingkan kebahagian di akhirat.
[1] Maksudnya:
Bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan
seumpamanya Telah melalaikan kamu dari ketaatan.
[2] M.
Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, alih bahasa oleh Ikhwan
Abidin. B, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h. 3
[3] Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi
Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), cet ke-5,
h. 10
[4] Yuli
Lidya Monoarfa, Kelebihan dan Kekurangan Sistem Ekonomi, artikel di
akses pada 14 April 2014 pada http://aksekpubc.wordpress.com/2013/03/27/tugas-1-kelebihan-dan-kekurangan-sistem-ekonomi/
[5]
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Rajawali Press,
2012), cet ke-5, h. 32
Komentar