( KISAH ) HIKMAH SEGELAS AIR
Khalifah Harun Al-Rasyid disaat gelisah ia sempat mengundang ulama terkemuka pada masanya, Abu As-Sammak. Nasihatilah aku! pinta Khalifah. Pada saat yang sama, pelayan membawa segelas air untuk Khalifah. Sebelum minum, sang Ulama Abu As-Sammak berkata, Tunggu sebentar. Seandainya dalam keadaan sangat haus, sedangkan segelas air ini tidak kau peroleh, berapakah harga yang kau siap bayar? Jawablah dengan penghayatan dan jujur!
Aku akan bayar Setengah dari kekayaanku, jawab Khalifah.
Sang ulama pun mempersilakan khalifah minum. Selesai minum, Abu As-Sammak bertanya lagi, Seandainya air tadi mendesak untuk dikeluarkan, tapi kau tak mampu mengeluarkannya
, berapakah yang akan engkau bayarkan agar ia keluar?
Khalifah menjawab, Setengah dari kekayaanku.
Kalau demikian, maka sadarilah bahwa seluruh kekayaan dan kekuasaan yang ada di sisimu, nilainya hanya segelas air. Tidak wajar diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak. Ketahuilah, betapa banyak nikmat Allah selain segelas air itu yang telah engkau nikmati sehingga tidak wajar jika engkau tidak mensyukurinya, nasihat sang Ulama Abu As-Sammak kepada Harun Al-Rasyid.
Dialog singkat di atas memberikan pelajaran berharga. Pertama, hendaklah para penguasa negeri (umara) dalam seluruh tingkat untuk senantiasa meminta dan mendengar nasihat para ulama, dan menerapkan Syariat Allah karena ini amanah Allah yang sangat besar kepada para Umara.
Selagi para umara masih mendengar nasihat ulama yang jujur dan ikhlas karena Allah dalam menyampaikan Risalah-Nya, maka Insya Allah negeri ini akan selamat dari murka Allah.
Kedua, nilai segelas air. Air sangat berharga dalam kehidupan manusia. Manusia akan mati jika kekurangan cairan (dehidrasi). Air adalah awal dan sumber kehidupan alam semesta. Allah turunkan air yang tidak asin dengan kadar tertentu agar mendatangkan kebaikan kepada manusia dan alam semesta. (QS Al-Waqiah [56]: 68-70).
Hikmah lainnya ialah Jangan sampai logika nafsu, pendapat dari fikiran manusia yang sempit serta egoisme, dan ilmu manusia yang serba terbatas, kecil dan relatif lemah menghalangi mereka dalam mentaati Allah dan Rosul-Nya.
Khalifah Harun Al-Rasyid disaat gelisah ia sempat mengundang ulama terkemuka pada masanya, Abu As-Sammak. Nasihatilah aku! pinta Khalifah. Pada saat yang sama, pelayan membawa segelas air untuk Khalifah. Sebelum minum, sang Ulama Abu As-Sammak berkata, Tunggu sebentar. Seandainya dalam keadaan sangat haus, sedangkan segelas air ini tidak kau peroleh, berapakah harga yang kau siap bayar? Jawablah dengan penghayatan dan jujur!
Aku akan bayar Setengah dari kekayaanku, jawab Khalifah.
Sang ulama pun mempersilakan khalifah minum. Selesai minum, Abu As-Sammak bertanya lagi, Seandainya air tadi mendesak untuk dikeluarkan, tapi kau tak mampu mengeluarkannya
Khalifah menjawab, Setengah dari kekayaanku.
Kalau demikian, maka sadarilah bahwa seluruh kekayaan dan kekuasaan yang ada di sisimu, nilainya hanya segelas air. Tidak wajar diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak. Ketahuilah, betapa banyak nikmat Allah selain segelas air itu yang telah engkau nikmati sehingga tidak wajar jika engkau tidak mensyukurinya, nasihat sang Ulama Abu As-Sammak kepada Harun Al-Rasyid.
Dialog singkat di atas memberikan pelajaran berharga. Pertama, hendaklah para penguasa negeri (umara) dalam seluruh tingkat untuk senantiasa meminta dan mendengar nasihat para ulama, dan menerapkan Syariat Allah karena ini amanah Allah yang sangat besar kepada para Umara.
Selagi para umara masih mendengar nasihat ulama yang jujur dan ikhlas karena Allah dalam menyampaikan Risalah-Nya, maka Insya Allah negeri ini akan selamat dari murka Allah.
Kedua, nilai segelas air. Air sangat berharga dalam kehidupan manusia. Manusia akan mati jika kekurangan cairan (dehidrasi). Air adalah awal dan sumber kehidupan alam semesta. Allah turunkan air yang tidak asin dengan kadar tertentu agar mendatangkan kebaikan kepada manusia dan alam semesta. (QS Al-Waqiah [56]: 68-70).
Hikmah lainnya ialah Jangan sampai logika nafsu, pendapat dari fikiran manusia yang sempit serta egoisme, dan ilmu manusia yang serba terbatas, kecil dan relatif lemah menghalangi mereka dalam mentaati Allah dan Rosul-Nya.
Komentar