UIN SUSKA MENGAJAR Jilid 1 di Rantau Langsat, Kab. INHU



Assalamu’alaikum Wr. Wb
Nama: Muhammad Iwad. Jurusan Ekonomi Islam dari INHIL. Aku bukanlah seorang penulis profesional tapi aku juga ingin menulis sebagai media untuk mencurahkan apa yang telah aku rasakan selama aku bersamanya. Mugkin tulisanku tak seindah yang anda tulis tapi tidak ada salahnya jika aku ingin bercerita pengalamanku dengan tulisan ini.
Keberangkatan UIN SUSKA Mengajar
Kegiatan ini adalah kegiatan perdana yang dilakukan di sumatera yaitu UIN SUSKA Mengajar. Dengan persiapan-persiapan yang matang dan beberapa kali panitia melakukan pelatihan, akhirnya tiba masa keberangkatan namun sayang kami dikabari keberankatan satu minggu lagi dan kemunduran keberangkatan bukan hanya sekali itu saja sampai-sampai saya beranggapan agenda ini tidak jadi dilaksanakan. Namun anggapan saya terobati dengan sms yang menyatakan kita berangkat besok malam tapi apalah dayaku jika Allah Swt berkehendak lain ternyata mobil keberangkatan tidak ada dan keuangan lagi defisit.
Dengan hati iba dan pilu serta diiringi dengan tetesan air mata panitia berusaha untuk menghubungi mobil yang akan membawa kami dan dengan sumbangan dari panitia yang tulus ikhlas mengeluarkan uang mereka. Akhirnya kami berangkat pada tengah malam.
Ternyata tempat yang kami tuju tidak sedekat yang saya bayangkan dan beberapa kali saya menanyakan kapan sampai ketempat tujuan, mugkin nih ya panitia inti bosan dengarnya habisnya ada berhenti bus ada bertanya itu. Hm,,,,,, kalau gue bosen denger yang begituan terus...
Akhirnya kami sampai ke kapolsek inhu kec. Batang gangsal untuk pelepasan dan kami di sediakan makan gratis...tis...tiss... enak buanget mana perut laper lagi tapi malangnya makannya di tunda karena makananya belum diantar ke kantor kapolsek batang gangsal dan akhirnya kami meanjutkan perjalanan dengan perut lapar. Kira-kira setengah jam bus berhenti dan barangpun diturunkan bukan berarti kami telah tiba di Desa Rantau Langsat melainkan karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan dilalui bus.

Dan di tempat inilah kami beristirahat sejenak dan makan siang, tak selang berapa lama kami kembali melanjutkan secara di langsir dengan mobil kapolsek dan juga meminta bantuan dari dari PT. RBH serta mobil apa saja yang lewat asalkan bisa kami tumpangi. Walaupun kami dilangsir layaknya barang, jika hanya segitu saja rintangannya sedikitpun kami tak gentar untuk berjuang malahan kami berniat jalan kaki untuk melanjutkan perjalanan sambil menunggu mobil yang akan membawa kami ke posko. Dan sampai ke Posko UIN SUSKA Mengajar kira-kira pukul 12.00 Wib dan langsung menuju masjid karena hari itu adalah hari Jum’at.

Mengajar di Sekolah Desa Rantau Langsat
Lain Ikan maka Lain Pula Rasanya, Lain Tempat maka Lain Pula Tingkah Lakunya. Ini hal yang sangat bermanfaat bagiku karena ketika aku mengajar di sekolah aku selalu membandingkan dengan sekolah TK atau sederajat namun cara mengajar yang aku alami sangat berbeda di tempat ini sehingga aku banyak mendapatkan ilmu dari mengajar baik dari murid ataupun dari pengajar lainnya.
Ketika aku istirahat, aku dikejutkan oleh suara keributan di lapangan ternyata terjadi perkelahian ketika aku coba untuk meleraikan perkelahian tersebut aku juga merasa takut karena salah seorang tersebut adalah orang pedalaman yang konon katanya sampai sekarang masih suka menggunakan ilmu sihir, santet atau lainnya. Dalam bathinku berbisik “tiada sesuatu apapun yang kuasa selain Allah Swt”. Anak yang berkelahi tersebut memang sering melakukan hal serupa di sekolah ketika lonceng berbunyi masuk kelas, aku mengajar di lokal kelas 2 ternyata anak tersebut ada di kelas dimana aku mengajar dan mereka masih saja terus berkelahi. Dan sebagai motif saya mengajar bukan hanya menjelaskan pelajaran tetapi lebih kepada mengubah pola pikir dan terus memberikan motivasi.
Kapanpun saya berjumpa dengan anak-anak seperti itu selalu mengatakan “Mau jadi anak yang pintar gak? Dan sudah jadi anak yang baik belum?” itulah yang selalu saya katakan pada mereka. Mereka tidak seburuk yang saya pikirkan, mereka masih bisa berubah untuk menjadi yang lebih baik.
Mengajar ke Dusun Siamang, Pabidayan dan Tualang
Perjuangan mengajar kami tidak terhenti hanya di sekolah saja karena tujuan kami memberikan motivasi belajar ke masyarakat guna menjadikan Indonesia lebih baik. Menurut saya Indonesia memang sudah diakui kemerdekaannya sejak tahun 1945 tapi sampai saat ini kita tidak merdeka dalam berbagai bidang salah satu contohnya pendidikan. Pendidikan kita tidak merata sehingga berapa banyak perusahaan-perusahaan di negara kita di miliki perusahaan asing karena kita tidak mampu untuk mengelola hal tersebut. Jika Sumber daya manusia kita memang maju tidakkan mungkin kita jadi budak di negara kita sendiri. Dulu saya sering menyanyikan “Indonesia Tanah Airku” tapi sekarang nyanyian itu telah berubah “Indonesia bukan Tanah Airku, Tanah Ngontrak, Air Beli” inilah yang nyanyian untuk saat ini.
Dengan gerakan UIN SUSKA Mengajar ini saya berharap bisa memberikan aspirasi kepada generasi muda agar mencintai pendidikan untuk mengembalikan fitrah Negara ini ke tangan Rakyat Bumi Pertiwi.
Ketika mengajar di siamang saya sangat semangat menempuh jalanan berbukit, sungai yang di tempuh dengan rakit. Semangat itu timbul karena kecintaan kepada Indonesia. Perjuangan yang melelahkan dengan hasil yang tidak mengecewakan, kami disambut dengan hati gembira oleh anak-anak yang berada di desa siamang walaupun agama mereka berbeda dengan agama kami tapi untuk Indonesia kita tetap satu “Bhineka Tunggal Ika”. Kami sangat puas mengajar disana karena yang mau belajar cukup ramai dan aktif dalam pembelajaran. Pertama datang ke dusun siamang ini kita di sambut dengan pemberian salak. Salaknya buah ya????? Bukan salak buah tapi salak anjing,,, guk...guk... guk.....

Mengajar ke Tualang merupakan medan baru lagi karena mengajar ke Tualang membutuhkan perjalanan lebih kurang satu jam dengan berjalan kaki dan yang membuat kaki ingin patah adalah bukit-bukit yang terjal. Di dusun tualang ini murid yang kami ajarkan jauh lebih sedikit di bandingkan dengan di siamang. Disamping muridnya sedikit di tempat ini mengajar ke anak-anak merupakan tantangan baru karena anak-anaknya masih takut akan pendatang. Salah satu anak di tualang ini sangat menyedihkan karena kepalanya terdapat kudis-kudis, kuku-kuku yang hitam serta rambut yang panjang. Namun perjuangan mengajar tetap dilaksanakan. Walaupun kami tidak bisa mengajarkan banyak di tempat ini setidaknya kami berharap mereka akan ingat kelak akan pentingnya pendidikan dan begitu juga orang tuanya sadar akan manfaat pendidikan.
Mengajar di dusun pabidayan sangat memprihatinkan karena anak-anaknya malas untuk belajar masih ending ketika saya mengajar ada dua anak yang masih mau belajar di bandingkan satu hari sebelum kami mengajar tidak ada anaknya yang mau datang belajar padahal sudah di umumkan untuk belajar. Orang tuanya sangat mensuport anaknya untuk belajar dan kamipun disambut baik di dusun ini tapi apalah daya jika memang itu yang terjadi.



Cerita Asyik...
Pulang dari mengajar di dusun siamang ada dua hal yang mengejutkan kami. Pertama, kami menemukan mayat.... upzzzz salah, yang lebih tepat kami menemukan bangkai kambing di fasilitas wisata alam di desa rantau langsat.      Kedua, kami melihat pohon ara (salah satu pohon yang digunakan untuk menghasilkan aren) yang mana buah dari pohon ini bergoyang-goyang kencang. Kata orang-orang tua dulu pohon ara tersebut banyak hantunya tapi aneh juga jika ada hantu di sore hari matahari aja masih menyengat tubuh. Sungguh pohon itu cukup membuat detak jantung kencang dan membuat tubuh berguncang-guncang. Karena terpana melihat buah ara tersebut bergoyang tanpa di sadari ada orang di bawah pohon tersebut. Karena melihat kami kaget orang tersebut mengatakan “ada orang..... ada orang...... ada orang......” sambil berjalan pulang ternyata orang tersebut juga ingin pulang lalu saya bercerita karena telah menemukan bangkai kambing tersebut yang sebenarnya saya kira adalah sebuah sesajian namun dugaan saya salah karena kambing tersebut kemungkinan mati makan racun.
Perjuangan survei ke dusun tualang merupakan survei saya yang paling melelahkan karena di samping jauh jalannya juga berbukit sehingga kami harus melakukan shalat ashar di bebatuan karena tidak memungkinkan bisa shalat ashar jika tidak berhenti dan istirahat sejenak untuk menambah tenaga kami berjalan kaki menuju posko. Shalat adalah tiang agama maka dari itu kami berprinsip apapun kegiatannya shalat tetap dilaksanakan.
Jika pergi membutuhkan satu jam tentu pulangnya satu jam malahan lebih karena tenaga sudah banyak terkuras. Kami tiba di posko sudah maghrib. Terjadi sesuatu yang aneh di sungai dan konon di dekat sungai tersebut ada kuburan nenek moyang suku talang mamak. Ketika sudah sampai di sungai seperti biasa kami mengatkan ada orang? Jika tidak ada suara berarti lagi kosong. saat kami bertanya ada orang... ada suara cowok yang bilang ada orang dari tabir biru penutup tempat mandi kami lalu saya berfikir apa salahnya kalau kita mandi sama-sama aja coz sama-sama cowok juga pun. Sudah dekat sang istri berkata ada orang lalu kami merasa aneh karena yang pertama suara cowok dan sekarang suara cewek. Ternyata keluarlah mereka berdua yang sedang mencuci baju dan ingin mandi.
Ada satu cerita yang sebenarnya tidak pantas diceritakan yaitu pria menstruasi. Benarkan pria juga menstruasi???? Ceritanya begini.... saat saya sedang duduk santai bersama teman-teman tanpa di sadari keluar darah dari celanaku. Tentu timbul seribu tanda tanya pada diriku. Seandainya tanda tanyanya bisa di lihat mungkin teman-teman bingung ngitung tanda tanyanya.... hehehehehheeeeeee....
Saya juga tidak menyangka kenapa darahnya harus keluar di depan teman-teman kemudian saya masuk ke kamar untuk membersihkannya sambil memeriksa apa yang terjadi, ternyata bukan darah menstruasi tapi semuanya gara-gara pacat. Pacat adalah binatang penghisap darah yang membuat diriku seperti menstruasi.

Mohon maaf atas kesalahan dan kekhilafan yang sengaja dan tidak di sengaja.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Komentar