KISAH SAHABAT
ANAS BIN MALIK
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kajian-kajian ke-Islaman, seperti dalam bidang hukum
Islam, sejarah, pemikiran, hadis, tafsir dan sebagainya, para sahabat mempunyai
peranan yang sangat penting. Hal itu dikarenakan sahabat merupakan wadah dan
media pembawa ajaran Islam bagi masyarakat yang tidak sempat bertemu dengan
nabi Muhammad saw. Peran penting yang dipegang oleh sahabat itu pula yang
menyebabkan para sahabat banyak dipuji dan dielu-elukan. Di samping itu, karena
peran penting itu pula sahabat banyak dikritik.
Para pengkaji Islam, yang sering kita sebut sebagai aliran
konservatif (padahal sebenarnya mereka tidak tertutup terhadap perubahan)
sering menolak kritik terhadap sahabat. Orang-orang yang mengkritik sahabat
dengan berbagai maksud, seperti mendudukkan porsi peran sahabat, sakralitas
sahabat, kesucian sahabat, atau mengakaburkan ajaran Islam, menggoyah
orisinalitas ajara Islam, biasanya menolak hadis-hadis yang menunjukkan secara
implisit kehebatan para sahabat. Karena pentingnya peran sahabat dalam
ilmu-ilmu ke-Islaman, penting bagi kita untuk mengenal sahabat lebih dekat.
Makalah ini akan mencoba menguraikan salah satu tokoh sahabat yang banyak
meriwayatkan hadis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Anas bin Malik
Nama lengkapnya Anas bin Malik bin an-Nadar bin Damdan bi
Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Khanam
bin Adi bin Najar al-Khazraji
al-Ansari Abu Hamzah al-Madani. Dan
Rasulullah Saw memberikan gelar kepadanya dengan Abu Hamzah (Singa).
Beliau adalah anak dari Ummu Sulaim yaitu
wanita pertama yang memeluk Islam dalam kalangan penduduk Madinah sebelum
hijrah Rasullulah ke Madinah. Ayahnya pula bernama Malik ibn Nadr dan beliau
tidak memeluk Islam. Sedangkan Ayah
tirinya bernama Abu Thalhah yang
masuk Islam karena ingin menikah dengan Ummu Sulaim dan bersyahadat dengan
bimbingan Ummu Sulaim.
Usia Anas masih sangat muda, ketika ibunya Ummu Sulaim mentalqinnya
dengan dua kalimat syahadat. Ibunya mengisi hatinya yang bersih dengan
kecintaaan kepada Nabi al-Islam Muhammad bin Abdullah.
Maka di benak Anas pun mulai tumbuh rasa cinta kepada Rasul
sekalipun dia belum pernah berjumpa
dengan Nabi yang mulia tersebut, hanya mendengar kisah beliau sebatas dari
orang ke orang. Tidak mengherankan,
karena terkadang telinga lebih dulu merindukan sesuatu dari pada mata. Betapa seringnya Anas kecil berangan bisa berkelana menemui
Nabinya di Mekah atau beliau bisa datang kepada mereka di Yatsrib sehingga dia
bisa berbahagia karena bisa melihatnya dan tenteram karena berjumpa dengannya.
Angan-angan itu
dalam waktu dekat ternyata telah berubah menjadi kenyataan, Yatsrib yang
membanggakan dan berbahagia mendengar bahwa Nabi dan sahabatnya, ash-Shiddiq,
sedang dalam perjalanan ke arahnya. Maka keceriaan menaungi setiap rumah
dan kebahagiaan menyelimuti semua hati. Mata
dan hati bergayut dengan jalan yang penuh berkah, jalan yang membawa langkah
Nabi dan sahabatnya ke Yatsrib. Anak-anak
muda bergumam setiap cahaya pagi bersinar, Muhammad telah datang. Maka Anas bersama anak-anak kecil lainnya
berlari-lari hendak menyambutnya, namun dia pun pulang dengan sedih lagi
kecewa.
Di suatu pagi yang
indah yang penuh asa dan keceriaannya yang semerbak, orang-orang Yatsrib pun
saling berbisik satu sama lain, “Muhammad dan sahabatnya telah berjalan
mendekati Madinah.” Maka orang banyak pun berhamburan ke jalan-jalan
yang penuh berkah, jalan yang membawa Nabi petunjuk dan kebaikan kepada mereka.
Mereka
berondong-bondong menyambut kedatangan beliau secara bergelombang, kelompok
demi kelompok, disela-sela mereka ada sekumpulan anak-anak yang tak kalah
bersemangat, wajah-wajah mereka dihiasi kebahagiaan dan menyatu dengan hati
kecil mereka serta yang penuh suka cita memenuhi jiwa mereka yang jernih. Di
barisan depan anak-anak tersebut adalah Anas bin Malik al-Anshari.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya
ash-Shiddiq datang, keduanya berjalan di antara kumpulan orang-orang dewasa dan
anak-anak dalam rombongan yang besar. Adapun kaum wanita dan gadis-gadis remaja yang biasa tinggal di rumah,
mereka naik ke atap-atap rumah, mereka ingin melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam seraya bergumam, “Yang Mana dia? Yang mana
dia?”. Hari itu adalah hari yang
tidak terlupakan. Anas bin Malik senantiasa mengingatnya sampai dia berumur
seratus tahun lebih.
Tidak lama setelah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal di Madinah. Ummu
Sulaim binti Milhan datang kepada beliau dengan disertai Anak anak laki-lakinya
yang masih kanak-kanak, anak laki-laki itu berlarian di depan ibunya dengan ujung
rambut yang jatuh di keningnya.
Ummu Sulaim
mengucapkan salam kepada Nabi dan dia berkata, “Ya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, semua laki-laki dan wanita dari Anshar telah memberimu
hadiah, tetapi aku tidak mempunyai apa pun yang bisa aku jadikan hadiah untukmu
selain anak laki-lakiku ini. Terimalah dia, dan dia akan berkhidmat kepadamu
sesuai dengan apa yang engkau inginkan”.
Nabi berbahagia,
beliau memandang anak muda ini dengan wajah berseri-seri, beliau mengusap
kepalanya dengan tangan beliau yang mulia, menyentuh ujung rambutya dengan
jari-jemari beliau yang lembut dan beliau menganggapnya sebagai keluarga.
Anas bin Malik
atau Unais (Anak kecil), dan terkadang memanggil dengan wahai anakku begitu
terkadang mereka memanggilnya sebagai ungkapan sayang kepadanya, berumur
sepuluh tahun manakala dia berbahagia bisa berkhidmat untuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Anas hidup di samping Nabi dan berada di bawah
bimbingan beliau sampai Nabi berpulang ke ar-Rafiq al-A’la yaitu selama kurang
lebih 10 tahun.
Selama itu Anas
memperoleh bimbingan dari Nabi yang dengannya dia menyucikan jiwanya, mwmahami
hadits beliau yang memenuhi dadanya, mengenal akhlak beliau yang agung,
rahasia-rahasia dan sifat-sifat terpuji beliau yang tidak dikenal oleh orang
lain.Anas bin Malik mendapatkan perlakuan yang mulia dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang tidak pernah diperoleh oleh seorang anak dari
bapaknya. Mengenyam keluhuran perangai Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan keangungan sifat-sifatnya yang membuat dunia patut
untuk iri kepadanya. Biarkanlah
Anas sendiri yang menyampaikan sebagian lembaran cemerlang dari perlakuan mulia
yang dia dapatkan di bawah naungan seorang Nabi yang pemurah dan berhati mulia,
karena Anas lebih tahu tentangnya dan lebih berhak untuk menceritakannya.
Anas bin Malik berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya, paling lapang dadanya dan
paling besar kasih sayangnya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu
keperluan, aku berangkat, tetapi aku menuju anak-anak yang sedang bermain di
pasar dan bukan melaksanakan tugas Rasul, aku ingin bermain bersama mereka, aku
tidak pergi menunaikan perintah yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beberapa saat setelah berada di tengah-tengah anak-anak
itu, aku merasa seseorang berdiri di belakangku dan memegang bajuku. Aku
menoleh, ternyata dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengan tersenyum, beliau bersabda, “Wahai Unais, apakah kamu telah pergi
seperti yang aku perintahkan?” Maka aku pun salah tingkah aku menjawab,
“Ya, sekarang aku berangkat wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Demi Allah, aku
telah berkhidmat kepada beliau selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah
berkata untuk sesuatu yang aku lakukan, “Mengapa kamu melakukan ini?” Beliau
tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku tinggalkan, “Mengapa kamu
tinggalkan ini?”
Nabi memberikan nasihat-nasihat dan petuah-petuah beliau yang
memenuhi hati dan jiwanya. Di
antara nasihat-nasihat itu adalah sabda Nabi kepadanya:
“Wahai anakku, jika kamu mampu
mendapatkan pagi dan petang sementara hatimu tidak membawa kebencian kepada
seseorang, maka lakukanlah. Wahai anakku, sesungguhnya hal itu
termasuk sunahku, barangsiapa menghidupkan sunahku maka dia mencintaiku.
Barangsiapa mecintaiku maka berarti dia bersamaku di surga. Wahai anakku, jika
kamu masuk kepada keluargamu maka ucapkanlah salam, karena ia merupakan
keberkahan bagimu dan keluargamu.”
Menurut pendapat
lain Anas bin Malik dijadikan khadam / orang suruhan pada ketika umur Anas 14
tahun dan bukannya 10 tahun sebagaimana yg biasa kita dengar. Ini adalah kerana
Anas bin Malik turut serta dalam perang badar. Perang Badar berlaku pada tahun
ke-2 hijrah dan makruf didalam hadits-hadits lain bahawa syarat seseorang sahabat
dibenarkan turut serta dalam peperangan adalah 15 tahun dan ke atas.
Sedangkan menurut riwayat Abu Bakar bin
Muhammad bin Muslim Ubaidillah bin Andullah bin Syihal al–Qurasyi Az– Zuhri (
51 H\ 670 M-124 H\742 M), seorang ahli hadis, Anas bin Malik sendiri yang
mengatakan bahwa ketika Rasullulah saw hijrah ke Madinah, Anas berusia sepuluh
tahun dan ketika Rasulullah saw wafat usia Anas sudah mencapai dua puluh tahun.
Ia di kenal dekat dengan Rasulullah
saw. dan karenanya tidak mengherankan jika Anas memperoleh banyak kesempatan
untuk menerima hadist
dari Rasulullah saw. Di samping itu, ia juga meriwayatkan sejumlah hadist dari para sahabat para Nabi, seperti Abu Bakar ra, Umar ra, Utsman ra, Ali ra, dan
lain-lain.
Dalam hal meriwayatkan hadist, Anas bin Malik menempati urutan
ketiga dalam kelompok sahabat. Orang yang meriwayatkan hadist dari Anas bin Malik antara lain
Ibnu sirin, Abu Qatadah, dan Hasan Basri.
Anas sendiri termasuk sahabat yang kuat hafalannya dengan urutan
sebagai berikut :
1.
Abu
hurairah
2.
Abdullah
bin Umar bin Khattab
3.
Anas
bin malik
4.
Aisyah
binti Umar Bakar
5.
Abdullah
Bin Abbas
6.
Jabir
bin Abdullah al- Ansari ( w. 74 H|698 M )
7.
Abu
Sa’id al- Khudri (w. 84 H )
Anas bin Malik sudah pandai menulis ketika diserahkan ibunya
kepada Nabi Saw,oleh
karena itu ia banyak menulis hadis. Dengan menurut riwayat yang di peroleh dari
Yasir Abdul Wahhab bin Hibbatullah dari Abdullah bin Ahmad dari Yazid Humahid at- Tawil Anas bin Malik.
Ada bermacam-macam riwayat mengenai lamanya Anas berkhidmat
kepada rasullulah SAW. Riwayat dari isla’il bin Ubaidullah, dari Abi Isa dari
Mahmud bin gilan dari Abu Dawud dari Abu Khaldat mengatakan bahwa Ahmad malik
mengabdi kapada Rasullulah SAW selama sepuluh tahun. Riwayat lain menyebutkan behwa
berkhitad kepada Rasullulah SAW selama delapan tahun dan ada pula yang
mengatakan tujuh tahun.
Rasullulah SAW sangat besar
perhatiannya kepada Anas dan Malik, sebagimana riwayat dari Ja’far al-Faryabi
dari Ibrahim bin Usman dari Mukhalid bin Hasan dari Hisyam bin Hasan dari
Hafsah dari Anas sendiri menceritakan bahwa ketika Ummu Sulaim al-Ansyariah (ibunda
Anas) menyerahkan anaknya kepada Raulullah SAW, ia mengharapkan agar Rasul
berkenan mendoakan anaknya. Rasulullah mengabulkan permintaan ibunda Anas,
seraya memanjatkan doa, “Allahumma aksir malahu wa waladuhu wa adkilhu
al-jannat”, artinya “Ya Allah, limpahkan harta dan anak keturunan yang
banyak kepadanya (Anas) dan masukkanlah dalam surga.” Dalam riwayat lain, doa
yang dibacakan Rasul adalah demikian, “Allahumma aksir malahu wa waladuhu wa
bariklahu fihi”, Artinya, “Ya Allah limpahkanlah harta dan anak keturunan
yang banyak kepadanya (Anas) dan berkatilah ia dengan harta dan anaknya itu.”
Sebagai seorang pembantu Rasul SAW,
Anas bin Malik sering menemani Rasulullah SAW ke medan perang sebagaimana
diriwayatkan Imam Bukhari dari Musa dari Ishaq bin Usman yang pernah menanyakan
kepada anaknya, Musa bin Anas, katanya, “ Berapa kali Anas mengikuti
(peperangan) yang dipimpin Rasul?” Musa bin Anas menjawab bahwa perang yang diikuti Anas
bersama Rasulullah SAW sebanyak delapan kali.
Berkat dekatnya Anas dengan Rasululah
SAW, dan berkat doa Rasululah SAW yang dikabulkan Allah SWT, Anas bin Malik
memperoleh keberuntungan karena ia diberitakan memiliki dua bidang kebun yang
subur yang dapat di panen dua kali dalam setahun. Berkat doa Rasul SAW, Allah juga
memberikan nikmat lain kepada Anas bin Malik, berupa anak keturunan yang
banyak. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Anas bin Malik mempunyai cucu
sebanyak seratus lima belas orang. Riwayat lain menyebutkan bahwa Anas bin
Malik dikaruniai anak sebanyak delapan puluh dua orang, terdiri atas delapan
puluh orang laki-laki dan dua orang perempuan.
Namun tidak diperoleh data yang pasti tentang ibu para anaknya yang
banyak itu, apakah Anas mempunyai istri yang banyak atau ia sering kali
menikah. Namun yang sudah pasti, kekayaan dan keturunan yang banyak itu tidak
menyebabkan ia lupa mengabdi kepada Tuhan. Ia tetap memperbanyak ibadahnya,
seperti diungkapkan Abu Hurairah, “ Saya tidak meyaksikan seseorang yang
salatnya menyerupai salat Rasululah SAW kecuali puta Ummu Sulaim (Anas).”
Anas bin Malik mempunyai seorang putra yang terkenal dalam
kajian Hadis dan Hukum Islam yakni Malik bin Anas, pendiri mazhab Maliki di Madinah.
Sama seperti ayahnya, Malik bin Anas juga berkecimpung di dunia hadis. Salah
satu karyanya adalah al-Muwattha’.
Riwayat lain menggambarkan bahwa Anas bin Malik ibadahnya
baik. Riwayat lain disampaikan oleh Ja’far dari Sabit yang menceritakan secara
singkat tentang kelebihan dari Anas bin Malik. Pada suatu ketika di musim
kemarau, Sabit tengah bersama Anas, tiba-tiba seorang pembantu Anas menghampiri
mereka dan berkata, “Hai Abu Hamzah (gelar bagi Anas), betapa kering bumi
kita.” Anas bin Malik segera berwudhu, kemudian shalat dua rakaat dan berdoa kehadirat Allah SWT,
tidak lama sesudah itu konon awam hitam timbul di langit, lalu hujanpun turun.
Setelah hujan reda, Anas mengajak para kerabatnya untuk menyaksikan langit yang
sudah terang dan mengamati tanah yang sudah lembab disiram air hujan.
Anas bin Malik mempunyai kegemaran memanah, dan ia sering
kali pergi memanah bersama anak-anaknya, Anas bin Malik banyak menempatkan
bidikannya pada sasaran yang tepat. Kelebihan-kelebihan yang ada pada Anas bin Malik
ini membuat orang hormat kepadanya.
Di bidang pemerintahan, Anas bin Malik termasuk orang yang
terpandang. Ia pernah mendapat kehormatan untuk mengurusi administrasi daerah
Bahrein. Ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, Anas yang usianya relatif
masih muda dipilih Abu Bakar untuk menjadi petugas di daerah Bahrein. Berkat
kerja keras dan kecakapannya dalam soal tulis-menulis (administrasi), Anas
dapat mengendalikan daerah Bahrein dengan sebaik-baiknya.
Anas bin Malik hidup setelah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat selama delapan puluh tahun lebih,
selama itu Anas mengisi dada umat dengan ilmu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang agung dan menumbuhkan akal pikiran mereka dengan fikih
kenabian.
Selama itu Anas menghidupkan hati umat
dengan petunjuk Nabi yang dia sebarkan diantara para sahabat dan tabiin, dengan
sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berharga dan
perbuatan-perbuatan beliau yang mulia yang dia tebarkan di antara manusia.
Dengan umurnya yang panjang, Anas
menjadi rujukan bagi kaum muslimin di masa hidupnya, mereka bertanya kepada
Anas tentang hal itu, Anas pun berkata, “Aku tidak pernah menyangka akan bisa
hidup sehingga aku melihat orang-orang seperti kalian yang berdebat dalam
perkara telaga Nabi, sungguh aku telah meninggalkan wanita-wanita tua di
belakangku, setiap dari mereka tidak melakukan shalat terkecuali dia memohon
kepada Allah agar memberinya minum dari telaga Nabi.
B.
Ibadah beliau
Abu Hurairah berkata, : “Saya tidak pernah melihat seorang sahabatpun
yang mirip dengan shalatnya
Rasulullah saw selain dari pada
ibnu Ummu Sulaim (Anas bin Malik ). Ibnu Sirin berkata, “Anas adalah sahabat
yang shalatnya
paling bagus, baik di rumah maupun pada waktu safar.”
Tsumamah berkata, “Anas shalat sampai kedua kakinya bengkak
mengeluarkan darah, karena shalatnya sangat panjang. Semoga Allah meridhoinya.
Anas berkata, : “Ambillah (Al Qur’an dan As Sunnah) dariku,
karena saya mengambilnya langsung dari Rasulullah saw, dan Rasulullah n dari
Allah swt. Kamu tidak akan mendapatkan kabar yang lebih kuat, kecuali dariku”
Anas juga tahu benar ibadah Rasulullah saw. Dan tidak ada
satu malampun dia melihat Rasulullah kecuali beliau menangis.
Al Hariri berkata: Anas mulai ihram dari Dzat Iraq, saya tidak mendengar sesuatupun darinya kecuali dzikir kepada Allah, sampai dia tahalul. Kemudian ia berkata padaku “Wahai keponakanku (ibn akhi) beginilah ihram.”
Al Hariri berkata: Anas mulai ihram dari Dzat Iraq, saya tidak mendengar sesuatupun darinya kecuali dzikir kepada Allah, sampai dia tahalul. Kemudian ia berkata padaku “Wahai keponakanku (ibn akhi) beginilah ihram.”
Pada hari Jum’at, Anas menemui Shalih bin Ibrahim yang sedang
berbincang-bincang di salah satu rumah istri nabi, lalu dia berkata “Mah”
Ketika selesai shalat,
dia berkata, : “Saya benar-benar takut kalau-kalau shalat Jum’atku batal, gara-gara
perkataanku pada kalian “Mah”.
C.
Jihad beliau
Anas mulai ikut berjihad mulai dari kecil. Dikatakan kepada
Anas: Apakah engkau menyaksikan perang Badar? Ia menjawab ” Laa umma
laka! Kemanakah saya kalau sampai tidak hadir.”
Muhammad bin Abdullah berkata ” Anas keluar bersama
Rsulullah ketika terjadi perang Badar, ia adalah seorang anak yang membantu
Rasulullah.
Musa mengabarkan bahwa Anas mengikuti peperangan sebanyak delapan kali.
Musa mengabarkan bahwa Anas mengikuti peperangan sebanyak delapan kali.
D.
Menjadi Amir
Abu Bakar dan Umar telah mengangkat Anas sebagai amir
di Bahrain, keduanya pun berterima kasih kepadanya.
Setelah dari Rasulullah saw, Anas pergi ke Basrah. Di sana dia sampai mengalami empat masa, dan mendapatkan perlakuan yang kasar ketika masa Hajjaj dikarenakan fitnah dari Ibnu Asy’ats. Hajjaj mengira bahwa Anas ikut campur dalam masalahnya kemudian dia berfatwa mengenai hal tersebut. Hingga Hajjaj menunjukan lehernya dan berkata, ” Nih… lehernya Hajaj!” Kemudian Anas mengadu pada Abdul Malik. Maka ketika Abdul Malik mendapat laporan seperti itu dia langsung mengancam Hajjaj, sehingga dia merasa takut dan berbuat baik sama Anas.
Setelah dari Rasulullah saw, Anas pergi ke Basrah. Di sana dia sampai mengalami empat masa, dan mendapatkan perlakuan yang kasar ketika masa Hajjaj dikarenakan fitnah dari Ibnu Asy’ats. Hajjaj mengira bahwa Anas ikut campur dalam masalahnya kemudian dia berfatwa mengenai hal tersebut. Hingga Hajjaj menunjukan lehernya dan berkata, ” Nih… lehernya Hajaj!” Kemudian Anas mengadu pada Abdul Malik. Maka ketika Abdul Malik mendapat laporan seperti itu dia langsung mengancam Hajjaj, sehingga dia merasa takut dan berbuat baik sama Anas.
Anas pernah menjadi utusan Abdul Malik pada masa kepemerintahannya,
sekitar tahun 92. Dia membangun semua kota Dimsiq. Ketika Anas bergegas menuju
masjid Dimsiq, Makhul bertanya padanya, “Apakah wajib berwudlu ketika selesai
mengurus jenazah? Beliau menjawab “Tidak usah wudlu”
Ketika Anas menghadap Walid, dia bertanya, “Apa yang telah
engkau dengar dari Rasul perihal hari kiamat? Anas menjawab, “Saya mendengar
Rasulullah n bersabda “Kalian dan hari kiamat seperti dua ini –jari telunjuk
dan jari tengah-”
E.
Syafaat
Rasul untuk Anas
Imam Ahmad berkata : Anas meminta syafaat kepada Rasulullah
n pada hari kiamat. Maka rasul menjawab, “Ya pasti saya akan penuhi
permohonanmu.” Anas bertanya, “Di manakah saya memohonnya pada hari kiamat
nanti, wahai nabiyallah?” Rasul menjawab “Mintalah padaku sesuatu yang
pertama kamu minta padaku yaitu di atas sirat.” Tanya Anas, “Jika aku tidak
ketemu engkau di situ?” Jawab rasul, “Maka kalau tidak ketemu di sana berarti
saya berada di Mizan. Jika tidak ketemu di Mizan, maka saya ada di Telaga, saya
tidak salah tentang tiga tempat tersebut pada hari kiamat”
F.
Anas bin Malik dalam Ilmu Hadis
Anas bin Malik bin an-Nasr bin Amam adalah seorang sahabat
bernasab al-An al-Madan. Ia adalah seorang Mufti, Qori, Muhaddits, Perowi
Islam. Dia mendapatkan banyak ilmu dari Rasulullah n , Abu Bakar, Umar, Usman,
Mu’ad, Usaid Al Hudair, Abi Tholhah, Ibunya sendiri Ummu Sulaim putri Milhan,
Bibinya Ummu Haram dan suaminya Ubadah bin Shamit, Abu Dzar, Malik bin
Sha’sha’ah, Abi Hurairah, Fatimah dan masih banyak lainnyaIa berguru hadist
kepada Ubay bin Ka’ab, Ummu aram binti Miln, Jbir bin ‘Abdullah, Ramlah binti
Abi Sufyan bin, Zaid bin Arqam, Ummu Sulaim (ibunya), ‘aisyah, Ab Hurairah,
‘Abdurrahman bin ‘Auf, ‘Abdullah bin ‘Abbas, Usman bin ‘Affan, ‘Umar bin
Khattab, Fatimah, Mu’az bin Jabal dan sebagainya.
Darinya juga banyak mencetak
orang-orang penting, diantaranya adalah Al Hasan, Ibnu Sirin, Asy Sya’bi, Abu
Kilabah, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit Al Banani, Bakar bin Abdillah Al
Mazani, Az Zuhri, Qotadah, Ibnul Munkadir, Ishak bin Abdillah bin Abi Tholhah,
Abdul Aziz bin Shuhaib, Syuaib bin Al Habhab, Amru bin Amir al Kufi, Sulaiman
At Taimi, Hamid At Thowil, Yahya bin Sa’id Al Ansori, Katsir bin Salim, Isa bin
Thohman dan Umar bin Syakir.
Keseluruhan hadis yang diperoleh Anas sebagian beliau dapatkan langsung
dari Rasulullah saw dan sebagian yang lain diriwayatkan dari sahabat lain. Beliau
adalah seorang sahabat yang kesiqatannya tidak dipertanyakan lagi. Dalam kitab
Mausu’ah fiL Kutub at-Tis’ah, tercatat Anas bin Malik meriwayatkan 4964 hadis
dengan perulangan yang tersebar di setiap kitab hadist yang 9:
1.
Sahih
Bukhari (829 hadis).
2.
Sahih
Muslim (485 hadis)
3.
Sunan
at-Tirmidzi (367 hadis).
4.
Sunan
Abi Daud. (255 hadis).
5.
Sunan
an-Nasa’I (367 hadis).
6.
Sunan
Ibni Majah. (280 hadis).
7.
Musnah
Ahmad(2189 hadis).
8.
Muwattha’
(35 hadis).
9.
Sunan
ad-Darimi (sisanya pada sunan ad-Darimi).
G.
Wafatnya beliau
Anas bin Malik wafat di kota Basrah dan
ia merupakan sahabat terakhir yang meninggal di sana. Ia dimakamkan di
at-Taffi, suatu tempat yang dihormati bangsa Arab di Irak yang terletak di
sekitar 15km dari Basra.
Dikatakan kepada Anas, “Engkau adalah
sahabat Rasulullah Saw dan yang paling terakhir yang masih hidup.” Anas
menjawab, Kaum Arab masih tersisa, adapun dari sahabat beliau, maka saya adalah
orang yang paling akhir yang masih hidup. Ketika Anas sakit ditawarkan
kepadanya agar didatangkan seorang dokter, tapi Anas malah menjawab ” Seorang
dokter menyakitiku” dan dia memohon agar dia ditalkin ‘Laa ilaha illallh,
karena dia (Malaikat) telah datang. Dia senantiasa mengatakannya, sampai
Malaikat pencabut nyawa mencabut nyawanya. Di sisi dia ada tongkat kecil punya
Rasulullah saw. yang kemudian dikubur bersamanya.
Ketika Anas wafat, beliau berumur 107
tahun. Berkata Waqidi dan lainnya” Anas adalah sahabat di Basrah yang paling
terakhir wafatnya.” Para ahli sejarah selisih dalam menentukan kematian beliau,
ada yang mengatakan wafat pada tahun 90, 91, 92 dan ada pula yang mengatakan
tahun 93, dan inilah yang mashur menurut jumhur. Imam Ahmad berkata : Anas bin
Malik dan Jabir bin Zaid wafat bersamaan pada hari Jum’at, tahun 93.
Qotadah berkata : Ketika Anas wafat,
Muariq al ‘Ajli berkata, Hari ini telah pergi / hilang setengah dari pada ilmu.
Dia ditanya, kenapa bisa demikian wahai Abu Mu’tamar? Ia menjawab : Jika ada
orang-orang pengikut hawa nafsu menyelisihi kita hadits dari Rasulullah n kita
katakan pada mereka : “Mari kita kembalikan pada orang yang mendengar
(Anas) darinya (Rasul).”
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nama lengkapnya Anas bin Malik bin an-Nadar bin Damdan bi
Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir binKhanam bin Adi bin Najar al-Khazraji al-Ansari Abu Hamzah al-Madani.
Beliau mendapatkan kepercayaan Rasulullah saw. Untuk membantu beliau. Karena
itulah beliau diberi julukan Khadim Rasulullah saw. Anas bin Malik sangat
terkenal dalam kajian ilmu hukum Islam dan ilmu Hadis, hal itu dikarenakan
beliau merupakan salah satu orang yang banyak meriwayatkan hadist, dan termasuk orang yang kuat
hapalannya. Anas bin Malik patut menjadi teladan bagi
kita semua baik dari segi rohani maupun jasmani karena akhlak beliau persis dengan
Rasulullah Saw.
B.
Saran
Pemakalah mohon maaf atas semua
kesalahan dan kekhilafan baik sengaja ataupun tidak terlebih lagi karena
pemakalah kesulitan dalam mencari referensi tentang sejarah Anas bin Malik ini.
Oleh sebab itu pemakalah mengambil dari berbagai artikel di internet.
Komentar