Hadist tentang larangan menjual buah sebelum jelas baiknya dan Larangan jual beli “ratb bi al-tamar ila ri al iraya

Nama: Muhammad Iwad
State Islamic University of Sultan Syarif Kasim
RIAU
BAB I
(Hadist tentang larangan menjual buah sebelum jelas baiknya)
حَدِ يْث عَبْدِ الله بن عمر- ر ضي الله عنهما ان ر سو ل الله نهى عن
بيع الثمار حتى يبدو صلاحها نهى البائع والمبتاع ( اخرجه البجاري في: (34) كتابب البيوع (85) باب بيع الثمار قبل ى ان يبدو صلاحها)
982. diriwayatkan dari ‘abdullah bin ‘umar, sesungguhnya rasulullah melaraang menjual bauah sampai tampak kelayakannya. Beliau melarang orang yang menjual dan membelinya. (disebutkan oleh al-bukhari pada kitab ke-34 kitab jual beli, bab ke – 85 bab menjual buah sebelum tampak kelayakannya.
Penjelasan :
•    Sampai tampak kelayakannya : yaitu berarti buah tersebut boleh dan sah dijual setelah tampak kelayakannya tersebut, walaupun dengan tidak mensyartakan untuk dipetik. Dan yang menjadi perbedaa antara sebelum tampak kelayakan buah tersebut untuk dipanen dan sesudahnya adalah, setelah buah itu layak umtuk dipanen, maka ia lebih aman dari gangguan, daripada sebelummnya, buah itu mungkin saja rusak karena masih lemah/belum waktunya dipetik.
•    Beliau melarang yang menjual : yaitu supaya tidak memakan harta saudaranya dengan cara batil.
•    Dan yang membelinya : yaitu supaya tidak menyia – nyiakan hartanya.

عن ابن عمر ان رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى عن بيع الثمرة حتى يبد وصلاحها ونهى الباىع والمشتري
“Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Saw melarang menjual buah sehingga tampak kelayakannya, ia melarang oenjual dan pembelinya.” ( HR Bukahari – Muslim)
عن ابي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا تبتاعوا الثمار حتى يبد وصلى حها
“Dari Abu Hurairah, ia berkata :”Rasulullah Saw bersabda :’ janganlah kalian menjual buah-buahan sehingga tampak kelayakannya.” ( HR Muslim)
Sababul Wurud Hadis :
Diriwatakan oleh Ahmad dan al-Bukhari dari Zaid bin Tsabit, ia berkata : “Rasulullah Saw tiba di Madinah sedang (kebiasaan) kami adalah saling menjual buah-buahan sebelum tapak kelayakannya, hingga Rasullah Saw mendengar ada suara orang bertengkar beliau berkata ;’ada apa ini ?’ lalu dilaporkan pada beliau :’mereka membeli buah-buahan mereka berkata buah-buahan itu terkena ad-daman (buahnya busuk) dan at-tasyam (berguguran). Rasuullah Saw bersabda;’janganlah kalian saling menjualnya sehingga tampak kelayakannya.”
Kesimpulan :
Larangan menjual buah yang belum masak (siap petik), karena mengandung spekulasi dan gharar, serta berdampak kepada perbuatan menzalimi salah satu pihak, karena bisa saja panennya gagal, atau berkurang karena rontok atau dimakan binatang.

BAB II
Larangan jual beli “ratb bi al-tamar ila ri al iraya (kurma basah dan kurma kering)”
حديث رافع بن خديج وسهل بن ابي حثمة – رضي الله عنهما-: ان رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى عن المزابنة, بيع الثمر بالتمر, الا اصحاب العرايا, فانه اذن لهم ( اخرجه البخري في: (42) كتاب المساقاة (17) باب الرجل يكون له ممر او شرب في حاىط او في نخل)
Artinya :
Diriwayatkan dari Rafi’ bin Khadij dan Sahl bin Abu Hatsmah, sesunguhnya Rasulullah melarang muzabanah. Yaitu menjual Buah kurma segar di bayar dengan kurma kering, kecuali para pelaku ‘ariyah, maka mereka diizinkan untuk melakukan itu. (disebutkan oleh al-bukhari pada kotab ke-34 kitab jual beli, bab ke-83 Bab buah kurma di atas pohon (dibeli) dengan emas dan perak.


عن زيد بن ثابت رضى الله عنهم ان رسول الله صلى الله عليه وسلم ارخص لصا حب العرية ان يبيعهابخر صها
Artinya :
“Dari Zaid bin Tsabit Radiyallahu Anhum, bahwa Rasullulah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi keringanan bagi pemilik ariyah untuk menjualnya dengan taksiran.” (HR Bukhari – Muslim )

ولمسلم: بخر صها تمرا ياكلونها رطبا
Dalam riwayat Muslim disebutkan : “Dengan menerka kurma kering, yang dimakan dalm keadaan basah.”
Penjelasannya :
•    Pengharaman menjual kurma yang masih berada di pohonnya dengan kurma yang sudah dikeringkan, karena itu merupakan jual beli muzabanah yang di larang.
•    Diperbolehkan jual beli ariyah, yang uraiannya sudah dijelaskan, karena ini merupakan pengecualian dari pengharaman dalam muzabanah.
•    Keringanan ini diberikan kepada orang yang merasa perlu memeakan kurma segar secara khusus.
•    Kurma segar yang masih berada di pohonnya harus ditaksir dngan nilai kurma yang kering.








BAB III
(Pengolahan Tanah)
حديث جابر بن عبدالله- رضي الله عنه- قال: كانت لرجال منا فضول ارضين فقالوا: نؤاجرها بالثلث والربع والنصف فقال النبي صل الله عليه وسلم: من كانت له ارض فليزرعها اوليمنحها اخاه فان ابي فليمسك ارضه ( اخرجه البخاري في: (51) كتاب الهبة (35) باب فضل المنيحة)
Artinya :
Diriwayatkan dari Jabir bin’Abdullah, ia berkata, beberapa orang dari kami ada yang memiliki tanah lebih. Maka mereka berkata “ kami menyewakan tanah itu dengan sepertiga, seperempat, atau setengah (hasil panen). Maka Nabi bersabda,’ barang siapa memiliki tanah, maka tanamilah atau berikan kepada saudaranya. Jika ia keberatan, maka hendakya ia menahan tanahnya (tidak disewakan).” (Disebutkan oleh Al-Bukhari pada kitab ke-51 kitab Hibah, bab ke-35 Bab Keutamaan Memberi)

عن نافع ان ابن عمر كان يكري مزار عه على عهد النبي صلى الله عليه وسلم وابي بكر وعمر وعثمان وصدرا من امارة معاوية ثم حدث عن رافع بن خديج ان النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن كري المزارع فذهب ابن عمر الى رافع بن خديج فذ هبت معه فساله فقال: نهى النبي صلى الله عليه و سلم عن كري المزارع
“Dari Nafi’ bahwa ibnu umar pernah menyewakan tanahnya (sawah, ladang, atau kebun) pada masa Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan pada awal – awal pemerintahan mu’awiyah. kemudian diceritakan dari Rafi’bin Khadijah bahwa Nabi Muhammad Saw. Melarang dari menyewakan tanah, lalu ibnu umar pun pergi menemui rafi’bin khadij sedag aku ikut bersamanya, kemudian menanyakan perihal itu. Rafi’ berkata : ‘Nabi Muhammad Saw. Melarang menyewakan tanah ladang’. ”

عن ابن عمر قال: كنا نخابر ولا نرى بذلك واخرج احمد و مسلم عن ابن عمر قال: كنا نخابر ولاا نرى بذلك باسا حتى زعم رافع ان رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى عنه فتر كناه
“Dari Ibnu Umar, ia berkata : ‘Dulu kami mempekerjakan tanah kami memandang hal itu tidaklah mengapa, hingga kemudian Rafi’ menyangka bahwwa Rasulullah Saw. Melarang hal itu, maka kami pun meninggalkanya’.” (HR Ahmad dan Muslim)

Sababul Wurud Hadis ini adalah :
•    Diriwayatkan oleh Ahmad, Al- Bukhari, dan Muslim dari Rafi’ bin Hadij ia berkata : “Dikalangan penduduk Madinah, kami adalah orang yang paling banyak memeiliki lahan bercocok tanam. Biasanya kami menyewakan lahan tersebut dengan ketentuan ; beberapa bagian yang dihasilkan dari lahan tersebut diserahkan kepada pemilik lahan.”ia berkata lagi : adakalanya lahan yang satu tertimpa bencana dan lahan lain selamat dan adakalnya lahan yang itu tertimpa bencana dan selamatlah yang lain. Maka kami dilarang melaakukanya. Pembayaran dengan emas dan perak, pada masa belum berlaku. ”
•    Diriwayatkan oleh Ahmad dri ‘Urwah bin az-Zubair ia berkata : “Zaid bin Tsabit berkata:’semoga Allah Swt mengampuni Rafi’ bin Hadij. Aku demi Allah Swt lebih mengetahiu hadis itu daripada dia.’ Hadis itu tidak lain adalah datngnya dua laki-laki yang hampir saling berbunuhan, lalu Rasulullah Saw. Bersabda:’jika begini jadinya urusan kalian, maka janganlah kalian menyewakan tanah.’lalu kemudian Rafi’ mendengarkan sabdanya :’janganlah menyewakan tanah’.”
•    Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan an-Nasa’i dari Sa’ad bin Abi Waqqash bahwa para pemilik tanah di masa Rasulullah Saw menyewakan tanah-tanah mereka dengan (bayaran) apa-apa yang tumbuh dengan sendirinya di aliran air, dan tumbuhan yang ada dis ekitar kebun teraiari (dengan baik). Lalu mereka mendatagi Rasullulah Saw dan mengadukan masalah-masalah itu. Dan Rasulullah Saw pun melarang mereka menyewakan dengan cara seperti itu, dan berkata :” Sewakanlah dengan emas dan perak.”



Referensi
-    Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Lu’lu’ wal Marjan: Insan Kamil, Solo, 2011
-    Dr. Mardani, Ayat-ayat dan Hadits-hadits ekonomi: Rajawali Pers, Jakarta, 2011

Komentar